Lucky Draw M9WIN

Kisah Emma Poeradiredja, Srikandi Sumpah Pemuda & Pejuang Pendidikan Asal Bandung


Diperbarui:2024-11-08 01:45    Jumlah Klik:72


Sosok Emma Peradiredja, pejuang di balik Sumpah PemudaSosok Emma Peradiredja, pejuang di balik Sumpah Pemuda. Foto: Museum Sumpah PemudaJakarta -

Dalam mengenang peristiwa Sumpah Pemuda pada 20 Oktober 1928 lalu, tentunya kita harus mengenang perjuangan tokoh-tokoh dibaliknya. Salah satunya Emma Poeradiredja.

Nama tersebut memang tak setenar Muh Yamin atau Amir Syarifuddin yang merupakan kawan seperjuangannya. Namun, ia juga merupakan tokoh penting dalam Kongres Pemuda II.

"Perjuangannya di bidang sosial kemerdekaan, ikut memerdekakan Indonesia. Dia ada di momen Sumpah Pemuda," kata Amarawati, anak dari Emma di Gedung Museum Sumpah Pemuda, Senin (28/10/2024).

Baca juga: Sie Kong Lian, Tokoh di Balik Sumpah Pemuda yang Sumbangkan Rumahnya Jadi MuseumBaca juga: Peran 5 Perempuan dalam Sumpah Pemuda, Siapa Saja?Perjuangan Emma demi Bangsa: Diculik-Ditahan Belanda

Emma adalah seorang aktivis dan anggota dari Jong Java. Ia juga pernah dipercaya sebagai Ketua Jong Islamieten Bond cabang Bandung.

Meski perempuan, Emma memiliki nasionalisme yang tinggi. Buktinya, ia berjuang langsung dalam menghadapi penjajahan pada masa Belanda.

Sebagai anak, Amarawati menjadi saksi betapa beratnya perjuangan sang ibu dalam hal sosial hingga pendidikan. Bahkan, ia pernah diculik tentara Belanda bersama Otto Iskandar Dinata.

"Orang tua saya dikejar-kejar. Saya dan nenek kakek saya ngungsi ke Ciamis, sedangkan Ibu Emma itu ke Yogyakarta. Sempat dilindungi Sri Sultan, tapi dia akhirnya ditawan oleh Belanda. Lalu dia ke Jakarta, dikejar-kejar pakai mobil Jeep, lalu dia juga ngumpet di rumahnya Pak Kusumaatmadja," kenang Amarawati.

Aktif Suarakan Isu Sosial-Pendidikan

Sosok Emma sangat aktif menyuarakan isu sosial hingga pendidikan. Di masanya, Emma sering memberantas masalah pelacuran.

Bersama tokoh lainnya, Emma selalu berupaya memastikan anak-anak terlantar. Kemudian, ia mendirikan pusat penggalangan nilai bangsa yakni Dameskring.

"Bikin sekolah di Pasundan hingga dulu ada rumah yatim juga yang sekarang dipegangnya sama Ibu Nenok, terus Bank Wanita. Yang bikinnya orang lain, tapi ia ikut mendorong dan mendukung bersama-sama," kata Amarawati.

Tak cuma itu, Emma bersama kawan lainnya juga mendirikan organisasi istri bernama Pasundan Istri (PASI). Ia menjadi ketua umum di organisasi tersebut saat usianya 28-40 tahun.

Sosok Mandiri dan Tegas di Mata Keluarga

Ketegasan Emma sudah dibentuk sejak muda. Kepada anak-anaknya, ia juga mengajarkan prinsip untuk senantiasa berjuang.

"Pokoknya harus bener jadi orang tuh, harus bisa mandiri. Misalnya, kalau kita sudah kita harus belajar jangan minta dari saudara, kamu harus kerja," katanya.

Adapun pesan yang melekat dari Emma bagi Amarawati adalah soal kemandirian. Meski merupakan pejabat tinggi di beberapa organisasi, Emma tak pernah memanjakan anak-anaknya.

"Harus mandiri, tidak boleh menyusahkan orang lain. Hadapi kesusahan itu, selesaikan masalah kamu. Kalau bisanya menjahit ya menjahit kalau bisanya masak ya masa," katanya.

Di momen Hari Sumpah Pemuda, Amarawati berharap sosok Emma bisa menjadi inspirasi bagi pemuda lain. Baik dalam semangat berjuang hingga kepeduliannya terhadap sosial.

"Anak muda zaman sekarang tugasnya mengisi kemerdekaan. Harus sekolah yang pintar karena bagaimana bisa mengisinya kalau bodoh-bodoh. Sekolahlah yang baik dan pintar," pesan Amarawati.

20DVideo: 'Selamat Hari Sumpah Pemuda' Menggema di X20DVideo: 'Selamat Hari Sumpah Pemuda' Menggema di X(cyu/nwk)